TAK BISA MENUNGGU KEMATIAN

Cerita ini ditulis hanya sebagai cerita, jika ada kesamaan cerita , hanya kebetulan semata.

Gadis desa nan elok dari 6 bersaudara berdarah biru , sangat disayangi oleh orangtuanya, terutama bapaknya, karena dari ke 6 putra nya , putra 2 dan putri 4 , gadis desa berdarah biru itulah yang paling cantik .,sehingga sedari kecil hanya gadis desa itu yang selalu dibawa kemana- mana, sebut saja namanya Nyi Sholeha, biasa dipanggil Nyi Eha.

Nyi Eha,bertumbuh menjadi gadis yang cantik dan sholeha , kecerdasannya membawanya harus bersekolah keluar desa dari tempat dimana Nyi Eha tinggal, walaupun beda kota tetap perjalanan jauh membuat bapak Nyi Eha merasa harus menitipkan sesuatu , bacaan dzikir yang dia tiupkan pada dahi dan telinganya.

Tahun berganti, dan Nyi Eha pun lulus sekolah dengan peringkat terbaik, semua putra dan putrinya sekolah tinggi pada zamannya, karena pada saat itu hanya yang berdarah birulah yang bisa mengenyam pendidikan tinggi, karena ketatnya peraturan pada saat itu.

Nyi Eha mempunyai seorang kekasih dokter,walau beda kota jalinan asmara sang pemuda tampan berdarah biru juga tetap terjalin dengan baik, dan saling mengingat janji jika waktunya tiba dilanjutkan ke jenjang pernikahan.

Begitulah kisah Nyi Eha, …singkatnya selesai melanjutkan pendidikannya Nyi Eha ditempatkan di salah satu dinas dan berbeda pula kota yang ditempatinya dengan pemuda idamannya yang sudah saling mengingat janji, sampai suatu saat…..Nyi Eha sakit hati, karena pemuda idamannya telah melangsungkan pernikahan ,dengan alasan yang tidak diketahui Nyi Eha.

Mendengar berita tersebut, Nyi Eha izin pulang ke desa dimana Nyi Eha dilahirkan…tak kuat memendam rasa sakit, Nyi Eha bertanya sama bapaknya….mengapa dia meninggalkan saya..? ada ..apa…?? mengapa…? bapaknya hanya terdiam…dan menjawab ” Bukankah sudah ada pemuda lain dari Kota yang lebih besar ” …Nyi Eha terdiam…siapa?? bapaknya menyebutkan satu nama dan Nyi Eha kaget, karena tidak oernah merasa punya jalinan kasih dengan pria manapun kecuali satu pria yang ada dihatinya, yang baru 2 hari lalu sudah melangsungkan pernikahan. Dengan rasa kesal….Nyi Eha kembali ke kota dimana Nyi Eha dinas, Nyi Eha ingin menemui pria yang disebutkan bapaknya telah menjalin kasih mengikat janji , ..selama diperjalanan menuju kota dinasnya ,air mata Nyi Eha..berlinang tanpa henti, sakit hati yang dirasanya…harus sembuh dengan menikahi pemuda kota berdarah biru juga yang sudah mengaku sebagai kekasihnya…

Kota yang dituju tiba, Nyi Eha tak langsung datang ke Mess dimana dia tinggal…., tetapi Nyi Eha menghampiri Mess pemuda Kota, yang mengaku telah menginkat janji….ke jenjang pernikahan.

Sampurasun…Assalamualaikum.. Nyi Eha tetap santai dan santun walau rasa kesal tersimpan di dadanya..di hatinya…menusuk sampai ke jantung…( tiba tiba ada yang membuka pintu ..dan….) Rampes..Waalaikumsalam eeh ada Nyi Eha, mangga…( belum selesai pemuda tersebut melanjutkan kata- katanya Nyi Eha langsung memotong…) Apa salah saya…? Kapan saya kenal sama anda..? Mengapa anda lakukan sama saya…? Pemuda kota hanya tersenyum ramah, jawabnya…walau Nyi Eha tak kenal saya, tetapi Allah SWT memnerikannya lewat mimpi bahwa Nyi Eha..jodoh saya tegasnya,.. Nyi Eha menangis….karena Nyi Eha tak terlalu mengenal pemuda kota tersebut..beda dinas, tetapi satu kota, dan mess tempat tinggalnya tidak terlalu jauh.

Saya sering memperhatikan kalau Nyi Eha mau berangkat kerja, bahkan saya minta sama Allah SWT, kalau Nyi Eha jodohku dekatkanlah… ” Baiklah…..” jawab Nyi Eha tegas, kapan akan diperkenalkan kepada keluarga anda , kalau memang ini takdirku, aku takkan pernah menolak ketentuan Allah SWT.. Pemuda kota pun terkejut, panggil saja namanya Kakang Sholeh , ..eu..eu..eu…Kakang Sholeh terbata- bata, baiklah kasih tempo saya 1 minggu untuk berbicara dulu dengan keluarga, ” 2 Hari jawab Nyi Eha ‘ tegas, baiklah ” 2 hari ” jawab kakang sholeh,..dan Nyi Eha pun pamit…Wassalamualaikum…Waalaikumsalam..jawab kakang sholeh…lirih hampir tak terdengar.

HARI YANG DINANTI.

Hari yang ditunggu tiba, Kakang Sholeh mempertemukan dengan kedua orangtuanya dan ke 6 saudaranya, semuanya 7 hanya yang satu sedang sekolah kedokteran di luar kota, dan….. ” Orangtua saya berpesan darah biru harus menikah dengan darah biru ” jelas Nyi Eha, sedikit sombong, Ibunya Kakang Sholeh tersenyum sangat bijak, iya kita sama keturunan darah biru..dan menerangkan siapa…darimana…dan…banyak lagi yang diterangkannya.. Akhirnya.. ” Mah…kapan kita bisa ke Kota kelahiran Nyi Eha untuk melamar…” Nyi Eha…kaget, tetapi tak bisa membantah… Baiklah ..dalam bulan ini, kami sekeluarga akan datang kesana untuk melamar…” Nyi Eha tersenyum .( kecut) ..dalam hatinya, Bismillah semoga ini jodoh yang diberikan Allah SWT.

Singkat Cerita Nyi Eha dan Kakang Sholeh menikah, dirayakan dengan meriah, seperti kaum ningrat kebanyakan pada waktu itu….Gadis Desa Sholeha..Cerdas, berdarah biru…akhirnya Dipinang juga Oleh Pemuda Kota yang Sholeh keturunan kental berdarah Ningrat di salah satu kota yang besar.

Dari pernikahannya , Kakang Sholeh dan Nyi Eha dikaruniai 4 putra dan 2 putri…,tak mudah memang menikah dengan pemuda kota berdarah biru pula,..walau sama- sama berdarah biru, ..tetapi tetap tatakrama yang santun dipegang oleh Kakang Sholeh dah Keras, tegas, ortodok dipegang oleh Nyi Eha…memang sangat berlawanan..tetapi itulah perjuangan hidup, tak ada yang mudah untuk di lalui… keangkuhan dan kerasnya kota membuat Nyi Eha , mewajibkan anak- anaknya Sarjana, menjadi keharusan, dan berpegang teguh…tidak boleh ada setetes nasi pun dari pihak keluarga Kakang Sholeh, harus dan wajib keluar dari keringatnya…karena kelak ” Ketika Anak- anakku menjadi ” SESEORANG” tidak akan ada yang berkata….” Coba kalau gak ditolong saya” mungkin anak- anaknya gak akan jadi orang, ” KATA- KATA ITU YANG DIJAUHI NYI EHA sebagai seorang ibu …kuat..dan hebat..dimata putra putrinya…ketekunan, taqwa, disiplin, beriman..sudah diterapkan dari kecil , didikan kental yang keras…disiplin dan tekun..mengantarkan putra- putri nya pada kesuksesan….walaupun banyak proses yang harus dilalui..Nyi Eha tak pernah sedikitpun mengeluh, walau nafkah dari Kakang Sholeh sebagai PNS yang tidak terlalu besar, tetap di syukuri..dan kekurangan untuk memperjuangkan ke 6 putra putrinya mengantarkan pada kesuksesan..tak pernah Nyi Eha merasa lelah..tetap berjuang..berjuang..dan berjuang….

Bersambung

– dewi saghay-

Bagikan ini